Robert
Jeffrey Sternberg lahir pada tanggal 8 Desember, 1949 di Newark, New
Jersey. Setelah mendapatkan gelar sarjana, Sternberg kembali ke Yale
sebagai profesor psikologi. Dia kemudian menjadi Dekan Fakultas Seni dan
Ilmu Pengetahuan di Tufts University. Saat ini Provost dan profesor
psikologi di Oklahoma State University.
Sternberg pernah menjabat sebagai
Presiden Asosiasi Psikologi Amerika pada tahun 2003 dan telah
memenangkan berbagai penghargaan termasuk Penghargaan Distinguished
Scholar dari Asosiasi Nasional untuk Anak Berbakat pada tahun 1985,
James McKeen Cattell Award dari American Psychological Society pada
tahun 1999 dan EL Thorndike Penghargaan untuk Prestasi di Psikologi
Pendidikan dari APA pada tahun 2003.
Menurut Robert Sternberg Jeffrey
intelligence (kecerdasan) adalah kemampuan individu untuk sukses dalam
kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan dan mengkompensasi kelemahan
mereka. Robert J Sternberg terkenal dengan teori Triarchic nya .
2. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita
seringkali mendengar orang berbicara mengenai kecerdasan sebagai faktor
yang menentukan berjaya atau tidaknya pelajar di sekolah. Walter
B.Kolesnik (1979) di dalam bukunya “Learning Educational Applications”
mengatakan:“In most cases there is a fairly high correlation between
one’s IQ, and his scholastic success.Usually, the higher a person’s IQ,
the higher the grades he receives”.
Sternberg pernah menyebut “Traditional
education tends to ‘shine the spotlight’ oncertain children almost all
of the time, and on other children almost none of the time. Perkara
seperti ini kerap terjadi dalam sistem pendidikan tradisional yang mana
pengajar lebih cenderung untuk memberi perhatian kepada pelajar yang
bernasib baik dan kurang merawat pelajar yang lemah dan kurang bernasib
baik. Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual pelajar akan
membantu pengajar menentukan apakah pelajar mampu mengikuti
pelajaran yang diberikan, serta meramalkan berjaya atau gagalnya
pelajar yang bersangkutan dengan bila telah mengikuti pelajaran yang
diberikan.
Meskipun
demikian, perlu diingat bahwa prestasi pelajar tidak semata-mata
ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya. Faktor-faktor lain
seperti motivasi, sikap, kesihatan fizikal dan mental, kepribadian,
ketekunan dan lain-lain perlu ditimbangkan sebagai faktor-faktor lain
yang turut mempengaruhi prestasi. Terdapat banyak pengertian mengenai
kecerdasan. Beberapa ahli menekankan fungsi kecerdasan adalah untuk
membantu penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Beberapa ahli
lainnya menekankan struktur kecerdasan dengan menggambarkan sebagai
suatu kecekapan.
Menurut Kamus Dewan 2000: diertikan
sebagai kesempurnaan akal (untuk berfikir, mengerti dan lain) seperti
kepandaian, kecerdikan dan keintelekualan. Definisi kecerdasan yang
terawal di Amerika Serikat adalah berkaitan dengan prestasi individu
dalam skala kecerdasan stanford-Binet y,aitu satu ujian kecerdasan
individu yang dikembangkan oleh Lewis Terman. Kanak-kanak yang mendapat
markah 140 atau lebih dianggap sebagai kanak-kanak pintar dan cerdas.
Mengikut pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca,
menulis dan menghitung sebagai aspek yang diketengahkan melalui
keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus dalam pendidikan formal
di sekolah dan mengarahkan seseorang untuk mencapai kejayaan dalam
bidang akademik. Manakala pandangan baru memberikan definisi bahwa ada
lagi kecerdasan yang lain seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial,
hubungan sosial dan kematangan emosional yang harus dikembangkan.
Pada 1981 sebuah penelitian dilakukan
oleh Sternberg dan rekan-rekannya. Penelitian ini ditentukan untuk
mengetahui perilaku apa yang dianggap menurunkan kecerdasan oleh
masyarakat awam. Penelitian ini menghasilkan tiga kategori kecerdasan
yaitu kecerdasan verbal, praktis, dan sosial. Bila melihat pada ketiga
kategori tersebut maka kebanyakan ujian kecerdasan lebih mengukur
kategori pertama, kecerdasan verbal. Sekalipun dipandang sebagai
pengukur kemampuan mental secara umum, sebenarnya ujian kecerdasan lebih
memfokuskan pada satu bentuk kecerdasan yangspesifik, yaitu kecerdasan
akademik atau verbal.
3. Teori Triaksis ( Triarchic Theory )
Seperti halnya teori yang dikemukakan
oleh Howard Gardner (Perkembangan Teori Inteligensi (2)), teori ini juga
berangkat dari rasa ketidakpuasan terhadap pandangan kecerdasan dari
sisi psikometris dan kognitif semata. Teori ini lebih menekankan pada
kesatuan dari berbagai aspek inteligensi sehingga teorinya lebih
berorientasi pada proses atau perkembangan. (Sternberg dan Frensch,
1990, dalam Azwar, 2006)
Seperti yang diungkapkan diatas
sebelumnya, teori ini dikemukakan oleh, Robert Sternberg yang menganggap
kecerdasan adalah sesuatu yang bersangkutan dengan pengolahan
informasi. Sternberg mempelajari bagaimana informasi mengalir ke dalam
diri seseorang dan bagaimana informasi ini berubah sesuai kebutuhan
lingkungan. Analisis yang dilakukan akhirnya muncul sebagai model
kecerdasan bercabang tiga (triarchic). Aspek-aspek yang dinyatakannya adalah kecerdasan analitik (componential intelligence), kecerdasan pengalaman (experiential intelligence) dan kecerdasan praktis (contextual intelligence).
Sternberg mengakui bahwa seseorang tidak harus memiliki satu saja
kecerdasan yang disebutkannya. Ada individu yang memiliki integrasi
ketiga aspek kecerdasan ini dengan menunjukkan tingkat kecerdasan yang
tinggi.
A. Kecerdasan Analitik (Componential Intelligence)
Kecerdasan seseorang individu dalam
bidang akademis bisa disebut sebagai kecerdasan analitik. Kecerdasan
menganalisis merupakan fitur utama kecerdasan ini. Misalnya saja ada
diantara siswa yang dikatakan memiliki kecerdasan luar biasa sehingga
dinaikkan beberapa tingkat dalam pendidikannya (sistem sekolah Barat).
Menurut Sternberg, aspek keterampilan memproses informasi (componential)
menyatakan bahwa proses kognitif bertanggung jawab terhadap perilaku
kecerdasan. Kecerdasan analitik digunakan untuk mengenali dan memecahkan
masalah, merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan informasi.
- Perilaku kecerdasan analitik (Componential Intelligent Behavior).
Sub teori ini menekankan pada struktur
dan mekanisme yang mendasari perilaku cerdas. Di dalamnya terdapat tiga
komponen pengolahan data yaitu belajar melakukan sesuatu, merencanakan
apa yang akan dilakukan, dan bagaimana melakukan hal tersebut. Orang
yang tergolong dalam bentuk ini umumnya akan meraih nilai yang tinggi
dalam tes kecerdasan, tapi kurang kreatif dan kurang dapat berpikir
kritis.
Kecerdasan analitik melibatkan tindakan menganalisis, membandingkan
dan menilai. Sebagai contoh, siswa berlatih Matematika. Di dalam proses
menyelesaikan masalah Matematika, siswa akan menganalisis informasi yang
diberikan. Kemudian membuat gerak kerja solusi sesuai formula tertentu.
B. Kecerdasan Pengalaman (Experiental-Creative Intelligence )
Kecerdasan
ini bisa dijelaskan artinya dengan kreativitas. Kecerdasan ini
memungkinkan dilihat sebagai kemampuan untuk mengatasi situasi baru
lantas mempelajari dari situasi tersebut. Dalam arti kata yang lain,
individu yang berpengalaman akan lebih efisien dalam memproses informasi
dalam situasi baru.
- Perilaku kecerdasan pengalaman (experiential Intelligent Behavior).
Sub teori ini menunjukkan bahwa perilaku
yang cerdas tidak akan selalu sama, seiring dengan perkembangan waktu.
Kemampuan ini sangat signifikan ketika seseorang harus mengalami suatu
hal baru atau harus menghadapi sesuatu persoalan secara spontan. Mereka
yang memiliki karakteristik seperti ini mungkin tidak dapat mencapai
nilai tinggi dalam tes kecerdasan, namun sering merupakan orang yang
kreatif dalam menghadapi hidup. Kecerdasan pengalaman terjadi ketika
kita menciptakan, misalnya memproduksi puisi, menciptakan permainan
baru, menghasilkan lukisan dan sebagainya. Pengajaran dan penilaian
kreatif harus memungkinkan siswa mendefinisikan masalah disamping
memastikan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan dapat
mengutarakan ide-ide mereka.
Sebagai contoh, jika siswa diberi suatu
tugas baru yang berhubungan dengan mereka, siswa-siswa yang memiliki
kecerdasan yang tinggi dalam kecerdasan pengalaman akan dapat belajar
dengan cepat, menggunakan strategi yang sesuai secara otomatis dan
efisien tanpa membuang waktu.C. Kecerdasan Praktek (Contextual Intelligence )
Ada beberapa orang yang mampu mengadaptasi diri mereka di dalam apa saja situasi yang dituntut dalam lingkungan mereka. Mereka yang memiliki kecerdasan ini pandai memulai langkah untuk sukses di dalam hidup. Bahkan mereka juga dapat bertahan dalam hidup karena berhasil untuk mengatasi perubahan.
- Perilaku kecerdasan praktis (Contextual Intelligent Behavior).
Kecerdasan ini meliputi adaptasi dengan
lingkungan, pemilihan lingkungan yang lebih optimal dari yang dimiliki
sekarang, menata lingkungan yang ada agar sesuai dengan keterampilan,
minat dan nilai yang dimiliki. Kemampuan ini memungkinkan seseorang
untuk menyatu dengan lingkungan dengan mengubah orang, lingkungan, atau
keduanya. Dengan kata lain kemampuan untuk beradaptasi dengan dunia.
Kelebihan pemahaman inteligensi yang berbasis pada teori ini adalah sebagai berikut:
- Memungkinkan seseorang memusatkan kemampuannya pada kekuatan dan memperbaiki atau mencoba mengatasi masalah berdasarkan kelemahannya.
- Memotivasi atau merangsang seseorang dengan cara yang lebih sesuai.
- Menggunakan kemampuan yang terintegrasi untuk mencapai kesuksesan dalam hidup sesuai dengan definisi personal & konteks sosio-kultural.
- Beradaptasi, membentuk, dan memilih lingkungan.
- Menemukan keseimbangan dalam penggunaan kemampuan analitik, kreatif, dan praktis.
- Teori successful intelligence dapat membuat perbedaan, baik dalam kondisi laboratorium, ruang kelas di sekolah, atau kehidupan keseharian orang.
- Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara :
- Inteligensi dan dunia internal seseorang, atau mekanisme mental yang mendasari perilaku inteligen
- Inteligensi dan dunia eksternal seseorang, atau penggunaan mekanisme mental untuk mencapai kesesuaian dengan lingkungan
- Inteligensi dan pengalaman, perantara antara dunia internal dan eksternal seseorang.
- Skor tes inteligensi hanya merupakan indikator 1 aspek dari keterampilan intelektual seseorang.
- Hanya sesuai untuk pelajar-pelajar yang cerdas (gifted students) karena hanya mengukur aspek-aspek yang kemampuan memori dan analisa, sedangkan anak dengan kelebihan pada keterampilan yang lain perlu diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar