Jumat, 02 Juni 2017

Teori Kecerdasan Robert Jeffrey Sternberg

1. Sekilas Robert Jeffrey Sternberg

Robert Jeffrey Sternberg lahir pada tanggal 8 Desember, 1949 di Newark, New Jersey. Setelah mendapatkan gelar sarjana, Sternberg kembali ke Yale sebagai profesor psikologi. Dia kemudian menjadi Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan di Tufts University. Saat ini Provost dan profesor psikologi di Oklahoma State University.
Sternberg pernah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika pada tahun 2003 dan telah memenangkan berbagai penghargaan termasuk Penghargaan Distinguished Scholar dari Asosiasi Nasional untuk Anak Berbakat pada tahun 1985, James McKeen Cattell Award dari American Psychological Society pada tahun 1999 dan EL Thorndike Penghargaan untuk Prestasi di Psikologi Pendidikan dari APA pada tahun 2003.
Menurut Robert Sternberg Jeffrey intelligence (kecerdasan) adalah kemampuan individu untuk sukses dalam kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan dan mengkompensasi kelemahan mereka. Robert J Sternberg terkenal dengan teori Triarchic nya .
2. Latar Belakang
   Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar orang berbicara mengenai kecerdasan sebagai faktor yang menentukan berjaya atau tidaknya pelajar di sekolah. Walter B.Kolesnik (1979) di dalam bukunya “Learning Educational Applications” mengatakan:“In most cases there is a fairly high correlation between one’s IQ, and his scholastic success.Usually, the higher a person’s IQ, the higher the grades he receives”.
Sternberg pernah menyebut “Traditional education tends to ‘shine the spotlight’ oncertain children almost all of the time, and on other children almost none of the time. Perkara seperti ini kerap terjadi dalam sistem pendidikan tradisional yang mana pengajar lebih cenderung untuk memberi perhatian kepada pelajar yang bernasib baik dan kurang merawat pelajar yang lemah dan kurang bernasib baik. Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual pelajar akan membantu pengajar menentukan apakah pelajar mampu mengikuti pelajaran yang diberikan, serta meramalkan berjaya atau gagalnya pelajar yang bersangkutan dengan bila telah mengikuti pelajaran yang diberikan.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa prestasi pelajar tidak semata-mata ditentukan oleh tingkat kemampuan intelektualnya. Faktor-faktor lain seperti motivasi, sikap, kesihatan fizikal dan mental, kepribadian, ketekunan dan lain-lain perlu ditimbangkan sebagai faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi. Terdapat banyak pengertian mengenai kecerdasan. Beberapa ahli menekankan fungsi kecerdasan adalah untuk membantu penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Beberapa ahli lainnya menekankan struktur kecerdasan dengan menggambarkan sebagai suatu kecekapan.
Menurut Kamus Dewan 2000: diertikan sebagai kesempurnaan akal (untuk berfikir, mengerti dan lain) seperti kepandaian, kecerdikan dan keintelekualan. Definisi kecerdasan yang terawal di Amerika Serikat adalah berkaitan dengan prestasi individu dalam skala kecerdasan stanford-Binet y,aitu satu ujian kecerdasan individu yang dikembangkan oleh Lewis Terman. Kanak-kanak yang mendapat markah 140 atau lebih dianggap sebagai kanak-kanak pintar dan cerdas. Mengikut pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis dan menghitung sebagai aspek yang diketengahkan melalui keterampilan kata dan angka yang menjadi fokus dalam pendidikan formal di sekolah dan mengarahkan seseorang untuk mencapai kejayaan dalam bidang akademik. Manakala pandangan baru memberikan definisi bahwa ada lagi kecerdasan yang lain seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial dan kematangan emosional yang harus dikembangkan.
Pada 1981 sebuah penelitian dilakukan oleh Sternberg dan rekan-rekannya. Penelitian ini ditentukan untuk mengetahui perilaku apa yang dianggap menurunkan kecerdasan oleh masyarakat awam. Penelitian ini menghasilkan tiga kategori kecerdasan yaitu kecerdasan verbal, praktis, dan sosial. Bila melihat pada ketiga kategori tersebut maka kebanyakan ujian kecerdasan lebih mengukur kategori pertama, kecerdasan verbal. Sekalipun dipandang sebagai pengukur kemampuan mental secara umum, sebenarnya ujian kecerdasan lebih memfokuskan pada satu bentuk kecerdasan yangspesifik, yaitu kecerdasan akademik atau verbal.

3. Teori Triaksis ( Triarchic Theory )
    Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh Howard Gardner (Perkembangan Teori Inteligensi (2)), teori ini juga berangkat dari rasa ketidakpuasan terhadap pandangan kecerdasan dari sisi psikometris dan kognitif semata. Teori ini lebih menekankan pada kesatuan dari berbagai aspek inteligensi sehingga teorinya lebih berorientasi pada proses atau perkembangan. (Sternberg dan Frensch, 1990, dalam Azwar, 2006)
Seperti yang diungkapkan diatas sebelumnya, teori ini dikemukakan oleh, Robert Sternberg yang menganggap kecerdasan adalah sesuatu yang bersangkutan dengan pengolahan informasi. Sternberg mempelajari bagaimana informasi mengalir ke dalam diri seseorang dan bagaimana informasi ini berubah sesuai kebutuhan lingkungan. Analisis yang dilakukan  akhirnya muncul sebagai model kecerdasan bercabang tiga (triarchic). Aspek-aspek yang dinyatakannya adalah kecerdasan analitik (componential intelligence), kecerdasan pengalaman (experiential intelligence) dan kecerdasan praktis (contextual intelligence). Sternberg mengakui bahwa seseorang tidak harus memiliki satu saja kecerdasan yang disebutkannya. Ada individu yang memiliki integrasi ketiga aspek kecerdasan ini dengan menunjukkan tingkat kecerdasan yang tinggi.
  
A. Kecerdasan Analitik (Componential Intelligence)
    Kecerdasan seseorang individu dalam bidang akademis bisa disebut sebagai kecerdasan analitik. Kecerdasan menganalisis merupakan fitur utama kecerdasan ini. Misalnya saja ada diantara siswa yang dikatakan memiliki kecerdasan luar biasa sehingga dinaikkan beberapa tingkat dalam pendidikannya (sistem sekolah Barat). Menurut Sternberg, aspek keterampilan memproses informasi (componential) menyatakan bahwa proses kognitif bertanggung jawab terhadap perilaku kecerdasan. Kecerdasan analitik digunakan untuk mengenali dan memecahkan masalah, merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan informasi.
  • Perilaku kecerdasan analitik (Componential Intelligent Behavior).
   Sub teori ini menekankan pada struktur dan mekanisme yang mendasari perilaku cerdas. Di dalamnya terdapat tiga komponen pengolahan data yaitu belajar melakukan sesuatu, merencanakan apa yang akan dilakukan, dan bagaimana melakukan hal tersebut. Orang yang tergolong dalam bentuk ini umumnya akan meraih nilai yang tinggi dalam tes kecerdasan, tapi kurang kreatif dan kurang dapat berpikir kritis.
    Kecerdasan analitik melibatkan tindakan menganalisis, membandingkan dan menilai. Sebagai contoh, siswa berlatih Matematika. Di dalam proses menyelesaikan masalah Matematika, siswa akan menganalisis informasi yang diberikan. Kemudian membuat gerak kerja solusi sesuai formula tertentu.
 
B. Kecerdasan Pengalaman (Experiental-Creative Intelligence )
    Kecerdasan ini bisa dijelaskan artinya dengan kreativitas. Kecerdasan ini memungkinkan dilihat sebagai kemampuan untuk mengatasi situasi baru lantas mempelajari dari situasi tersebut. Dalam arti kata yang lain, individu yang berpengalaman akan lebih efisien dalam memproses informasi dalam situasi baru. 
  • Perilaku kecerdasan pengalaman (experiential Intelligent Behavior).
   Sub teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang cerdas tidak akan selalu sama, seiring dengan perkembangan waktu. Kemampuan ini sangat signifikan ketika seseorang harus mengalami suatu hal baru atau harus menghadapi sesuatu persoalan secara spontan. Mereka yang memiliki karakteristik seperti ini mungkin tidak dapat mencapai nilai tinggi dalam tes kecerdasan, namun sering merupakan orang yang kreatif dalam menghadapi hidup. Kecerdasan pengalaman terjadi ketika kita menciptakan, misalnya memproduksi puisi, menciptakan permainan baru, menghasilkan lukisan dan sebagainya. Pengajaran dan penilaian kreatif harus memungkinkan siswa mendefinisikan masalah disamping memastikan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan dapat mengutarakan ide-ide mereka.
    Sebagai contoh, jika siswa diberi suatu tugas baru yang berhubungan dengan mereka, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam kecerdasan pengalaman akan dapat belajar dengan cepat, menggunakan strategi yang sesuai secara otomatis dan efisien tanpa membuang waktu.
  
C. Kecerdasan Praktek (Contextual Intelligence )
     Ada beberapa orang yang mampu mengadaptasi diri mereka di dalam apa saja situasi yang dituntut dalam lingkungan mereka. Mereka yang memiliki kecerdasan ini pandai memulai langkah untuk sukses di dalam hidup. Bahkan mereka juga dapat bertahan dalam hidup karena berhasil untuk mengatasi perubahan.
  • Perilaku kecerdasan praktis (Contextual Intelligent Behavior).
    Kecerdasan ini meliputi adaptasi dengan lingkungan, pemilihan lingkungan yang lebih optimal dari yang dimiliki sekarang, menata lingkungan yang ada agar sesuai dengan keterampilan, minat dan nilai yang dimiliki. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk menyatu dengan lingkungan dengan mengubah orang, lingkungan, atau keduanya. Dengan kata lain kemampuan untuk beradaptasi dengan dunia.

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Triaksis ( Triarchic Theory )
    Kelebihan pemahaman inteligensi yang berbasis pada teori ini adalah sebagai berikut:
  • Memungkinkan seseorang memusatkan kemampuannya pada kekuatan dan memperbaiki atau mencoba mengatasi masalah berdasarkan kelemahannya.
  • Memotivasi atau merangsang seseorang dengan cara yang lebih sesuai.
  • Menggunakan kemampuan yang terintegrasi untuk mencapai kesuksesan dalam hidup sesuai dengan definisi personal & konteks sosio-kultural.
  • Beradaptasi, membentuk, dan memilih lingkungan.
  • Menemukan keseimbangan dalam penggunaan kemampuan analitik, kreatif, dan praktis.
  • Teori successful intelligence dapat membuat perbedaan, baik dalam kondisi laboratorium, ruang kelas di sekolah, atau kehidupan keseharian orang.
  • Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara :
  1. Inteligensi dan dunia internal seseorang, atau mekanisme mental yang mendasari perilaku inteligen
  2. Inteligensi dan dunia eksternal seseorang, atau penggunaan mekanisme mental untuk mencapai kesesuaian dengan lingkungan
  3. Inteligensi dan pengalaman, perantara antara dunia internal dan eksternal seseorang.
Kelemahan dari konsep teori triarchic adalah:
  • Skor tes inteligensi hanya merupakan indikator 1 aspek dari keterampilan intelektual seseorang.
  • Hanya sesuai untuk pelajar-pelajar yang cerdas (gifted students) karena hanya mengukur aspek-aspek yang kemampuan memori dan analisa, sedangkan anak dengan kelebihan pada keterampilan yang lain perlu diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya tersebut.


0 komentar:

Posting Komentar