BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bullying
berasal dari kata bully
yang berarti adanya suatu ancaman dari salah satu
pihak dengan pihak lainya atau dari pihak yang lebih kuat kepada pihak yang
cenderung lebih lemah, yang menimbulkan gangguan psikis kepada korbanya seperti
susah makan, ketakutan yang berlebih, depresi, rendah diri, cemas, takut
berinteraksi,dan tak jarang juga korban dari bulliying tersebut menghadapi ancaman kematian.
Bullying
ini bisa berupa bullying secara
verbal maupun non-verbal, biasanya pembullyan ini terjadi dalam jangka waktu
yag lama (tahunan) sehingga sangat mungkin mempengaruhi psikis dari korban
pembully-an tersebut, bullying ini juga memiliki hubungan dengan self-asteem
(harga diri). Self esteem mengandung arti suatu hasil penilaian individu
terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap–sikap yang dapat bersifat positif
dan negatif.
Bagaimana
seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya
sehari–hari. Self esteem yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri,
penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa
kehadirannya diperlukan di dunia ini. Seorang individu yang memiliki harga diri
yang cukup positif, dia akan yakin dapat mencapai prestasi yang dia dan orang
lain harapkan. Pada akhirnya, keyakinan itu akan memotivasi individu tersebut
untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.
Pada
jaman modern sekarang ini kasus pembully-an sering terjadi di kalangan remaja
(anak usia sekolah),perlu di ketahui bahwa salah satu karakteristik dari anak
usia sekolah ini adalah adanya sifat egoisme (segala sesuatu harus tepusat pada
dirinya). Secara psikologis, anak yang agresif kurang memiliki kontrol diri dan
sebenarnya memiliki keterampilan sosial yang sangat rendah, anak-anak memiliki
kemampuan perspective taking yang rendah, empati terhadap orang lain yang tidak
berkembang,dan salah mengartikan sinyal dari lingkungan atau tanda-tanda
sosial, mereka meyakini bahwa agresi merupakan cara pemecahan masalah yang
tepat dan efektif.
Jika
kita melihat dari lingkungan keluarga, anak-anak yang mengembangkan perilaku
agresif tumbuh dalam pengasuhan yang tidak kondusif; anak mengalami kelekatan (attachment) yang tidak aman dengan
pengasuh terdekatnya, orang tua menerapkan disiplin yang terlalu keras ataupun
terlalu longgar,dan biasanya ditemukan masalah psikologis pada orang tua;
konflik suami-istri, depresi, bersikap antisosial, dan melakukan tindak
kekerasan pada anggota keluarganya.
1.2 Masalah
Penelitian
1.Apa itu Self-Esteem?
2.Bagimana dampak dari
Bullying terhadap korban?
3.Bagaimana gambaran Selft-Esteem dengan korban bullying?
4.Mengapa seseorang dibullying?
5.Apakah tindakan \ mempengaruhi perilaku seseorang dimasa
yang akan datang?
1.3 Tujuan
Penelitian
Dalam Tujuan dari
penelitian ini adalah
- Supaya tidak mempengaruhi perilaku masa datang dari trauma masa lalu..
- Untuk mengetahui gambaran dari self esteem terhadap korban bullying
- Untuk mengetahui mengapa seseorang dibullying.
1.4 Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian
ini ialah agar pembullyan tidak terjadi lagi dan menanamkan self esteem seperti perilaku percaya
diri,supaya seseorang dapat membuat penilaian positif terhadap diri sendiri
karena seorang remaja yang memiliki harga diri negatif akan cenderung merasa
dirinya tidak mampu dan tidak berharga
BAB
II
2.1 Teori
2.1.1 Definisi Self-Esteem
Pengertian
Self-Esteem secara umum merupakan penilaian yang dilakukan oleh seseorang
mengenai dirinya sendiri baik dalam penilaian bersifat positif maupun penilaian
bersifat negatif yang kemudian menghasilkan perasaan yang membuat diri
seseorang berguna maupun tidak berguna dalam menjalani kehidupannya. Rosenberg (1965) mendefinisikan self esteem
sebagai perasaan penerimaan diri (self-acceptance), penghargaan diri (self-respect dan self-worth)
dan evaluasi diri yang positif yang dikonseptualisasikan sebagai karakteristik
yang relatif menetap.
Coopersmith (1967) self esteem adalah
evaluasi yang dibuat oleh individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan
terhadap dirinya sendiri,hal ini mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak
dan menunjukan tingkat dimana individu itu menyakini diri sendiri
mampu,penting,berhasil dan berharga. Clemers dan Bean(1995) menyatakan self estem adalah penilaian-penilaian
seseorang tentang dirinya sendiri dari berbagai titik pandangan yang
berbeda,apakah individu tersebut sebagai orang yang berharga dan sebaiknya.
Menurut
Vaughan dkk (2002) dalam mengukur self-esteem
ada 2, yaitu secara eksplisit yang dilakukan dengan meminta orang untuk
memberikan rating,mulai dari sangat sesuai hingga sangat tidak
sesuai, terhadap sejumlah pernyataan tentang diri dan secara
implicit yang dilakukan dengan mengukur kecepatan reaksi orang terhadap
sejumlah stimulus yang diasosiasikan dengan diri subjek.
2.1.2 Tingkat
dan Karakteristik Self-Esteem
a.
Karakteristik Self-Esteem yang tinggi
Individu
yang self esteem tinggi cenderung puas dengan karakter dan kemampuan yang
dimilikinya. Misalnya adanya penghargaan dan penerimaan dari penerimaan yang
positif ini memberikan rasa aman dalam menyesuaikan dirinya atau bereaksi
terhadap lingkungan sosial. Individu yang self esteemnya tinggi maka ia lebih
bahagia dibandingkan dengan self esteem yang rendah. Menurut coopersmith (2001)
individu yang self esteem yang lebih tinggi maka akan lebih mandiri dan
kreatif. Individu self esteem yang tinggi juga kurang menerima definisi sosial mengenai
realita kecuali ia menyampaikan dengan pengamatan mereka sendiri, dimana lebih
fleksibel, dan mampu menemukan solusi terhadap masalah.
b.
Karakteristik Self yang rendah
Individu
dengan self esteem rendah memiliki rasa kurang percaya diri terhadap dirinya
sendiri dalam menilai kemampuan dan atribut-atribut dalam dirinya.Hal ini
membuat individu tidak mampu mengekspresika diri dalam lingkungan sosialnya.
Mereka kurang mampu melawan tekanan untuk menyesuaikan diri dan kurang mampu
untuk merasakan stimulus yang mengancam.Individu ini merasa takut atau
malu,membenci dirinya,kurang mampu menerima dirinya. Rosenberg (Reasoner,2010:3)
menjelaskan bahwa individu dengan harga diri yang rendah seringkali mengalami
depresi dan ketidakbahagiaam,memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, menunjukan
implus-implus agresivitas yang lebih besar, mudah marah dan mendendam, serta
selalu menderita karena tidakpuasan akan kehidupan sehari-hari
2.1.3
Definisi Bully-ing
Bullying
adalah suatu perilaku agresif yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Suatu perilaku agresif dikategorikan sebagai bullying ketika perilaku tersebut telah menyentuh aspek psikologis
korban. Jadi, bullying ialah suatu
perilaku sadar yang dimaksudkan untuk menyakiti dan menciptakan teror bagi
orang lain yang lebih lemah. Bullying
disebut perilaku sadar karena perilaku ini dilakukan secara terorganisir dan
memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan teror bagi korban.
Olweus(1994:
9)mendefinisikan bullying merupakan
tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih, yang dilakukan
berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu.
Rigby
(2002: 15) mendefinisikan bullying
sebagai ”penekanan atau penindasan berulang-ulang, secara psikologis atau fisik
terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang kurang atau
membuat orang tertekan”
Olweus
(1993; dalam Anesty, 2009) memaparkan contoh tindakan negatif yang termasuk
dalam bullying antara lain;
- Mengatakan hal yang tidak menyenangkan atau memanggil seseorang dengan julukan yang buruk;
- Mengabaikan atau mengucilkan seseorang dari suatu kelompok karena suatu tujuan;
- Memukul, menendang, menjegal atau menyakiti orang lain secara fisik;
- Mengatakan kebohongan atau rumor yang keliru mengenai seseorang atau membuat siswa lain tidak menyukai seseorang dan hal-hal semacamnya.
2.1.4 Jenis
Bullying
Barbara Coloroso (2006:47-50) merangkum berbagai
pendapat ahli dan membagi bullying ke dalam empat jenis, yaitu:
a. Bullying
secara verbal,
Berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan
(baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa
ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi,
tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan
lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah
dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan
yang lebih jauh.
b. Bullying
secara fisik,
Yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut,
meninju, menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta meludahi anak yang
ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan
barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi,
namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling bermasalah dan
cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
c.
Bullying secara relasional (pengabaian),
Digunakan untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan untuk merusak hubungan
persahabatan. Bullying
secara relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif,
lirikan mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan
bahasa tubuh yang kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak
kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik,
mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk
mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.
d.
Bullying elektronik,
Merupakan bentuk perilaku bullying
yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone,
internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya
ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan
rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau
menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja
yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi
dan media elektronik lainnya.
2.2 Kerangka
Berpikir
0 komentar:
Posting Komentar