Jumat, 02 Juni 2017

Gambaran Self-Esteem Terhadap korban Bullying



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bullying berasal dari kata bully yang berarti adanya suatu ancaman dari salah satu pihak dengan pihak lainya atau dari pihak yang lebih kuat kepada pihak yang cenderung lebih lemah, yang menimbulkan gangguan psikis kepada korbanya seperti susah makan, ketakutan yang berlebih, depresi, rendah diri, cemas, takut berinteraksi,dan tak jarang juga korban dari bulliying tersebut menghadapi ancaman kematian.
Bullying ini bisa berupa bullying secara verbal maupun non-verbal, biasanya pembullyan ini terjadi dalam jangka waktu yag lama (tahunan) sehingga sangat mungkin mempengaruhi psikis dari korban pembully-an tersebut, bullying ini juga memiliki hubungan dengan self-asteem (harga diri). Self esteem mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap–sikap yang dapat bersifat positif dan negatif.
Bagaimana seseorang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya sehari–hari. Self esteem yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Seorang individu yang memiliki harga diri yang cukup positif, dia akan yakin dapat mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada akhirnya, keyakinan itu akan memotivasi individu tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.
Pada jaman modern sekarang ini kasus pembully-an sering terjadi di kalangan remaja (anak usia sekolah),perlu di ketahui bahwa salah satu karakteristik dari anak usia sekolah ini adalah adanya sifat egoisme (segala sesuatu harus tepusat pada dirinya). Secara psikologis, anak yang agresif kurang memiliki kontrol diri dan sebenarnya memiliki keterampilan sosial yang sangat rendah, anak-anak memiliki kemampuan perspective taking yang rendah, empati terhadap orang lain yang tidak berkembang,dan salah mengartikan sinyal dari lingkungan atau tanda-tanda sosial, mereka meyakini bahwa agresi merupakan cara pemecahan masalah yang tepat dan efektif.
Jika kita melihat dari lingkungan keluarga, anak-anak yang mengembangkan perilaku agresif tumbuh dalam pengasuhan yang tidak kondusif; anak mengalami kelekatan (attachment) yang tidak aman dengan pengasuh terdekatnya, orang tua menerapkan disiplin yang terlalu keras ataupun terlalu longgar,dan biasanya ditemukan masalah psikologis pada orang tua; konflik suami-istri, depresi, bersikap antisosial, dan melakukan tindak kekerasan pada anggota keluarganya.

1.2  Masalah Penelitian 

1.Apa itu Self-Esteem?
2.Bagimana dampak dari Bullying terhadap korban?
3.Bagaimana gambaran Selft-Esteem dengan korban bullying?
4.Mengapa seseorang dibullying?
5.Apakah tindakan \ mempengaruhi perilaku seseorang dimasa yang akan datang? 

1.3  Tujuan Penelitian
Dalam Tujuan dari penelitian ini adalah
  1. Supaya tidak mempengaruhi perilaku masa datang dari trauma masa lalu..
  2. Untuk mengetahui gambaran dari self esteem terhadap korban bullying 
  3. Untuk mengetahui mengapa seseorang dibullying.

1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah agar pembullyan tidak terjadi lagi dan menanamkan self esteem seperti perilaku percaya diri,supaya seseorang dapat membuat penilaian positif terhadap diri sendiri karena seorang remaja yang memiliki harga diri negatif akan cenderung merasa dirinya tidak mampu dan tidak berharga

BAB II
2.1 Teori

2.1.1 Definisi Self-Esteem
Pengertian Self-Esteem secara umum merupakan penilaian yang dilakukan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri baik dalam penilaian bersifat positif maupun penilaian bersifat negatif yang kemudian menghasilkan perasaan yang membuat diri seseorang berguna maupun tidak berguna dalam menjalani kehidupannya. Rosenberg (1965) mendefinisikan self esteem sebagai perasaan penerimaan diri (self-acceptance), penghargaan diri (self-respect dan self-worth) dan evaluasi diri yang positif yang dikonseptualisasikan sebagai karakteristik yang relatif menetap.
Coopersmith (1967) self esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya sendiri,hal ini mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak dan menunjukan tingkat dimana individu itu menyakini diri sendiri mampu,penting,berhasil dan berharga. Clemers dan Bean(1995) menyatakan self estem adalah penilaian-penilaian seseorang tentang dirinya sendiri dari berbagai titik pandangan yang berbeda,apakah individu tersebut sebagai orang yang berharga dan sebaiknya.
Menurut Vaughan dkk (2002) dalam mengukur self-esteem ada 2, yaitu secara eksplisit  yang dilakukan dengan meminta orang untuk memberikan rating,mulai dari sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai, terhadap sejumlah pernyataan tentang diri dan secara implicit yang dilakukan dengan mengukur kecepatan reaksi orang terhadap sejumlah stimulus yang diasosiasikan dengan diri subjek.

2.1.2 Tingkat dan Karakteristik Self-Esteem

a. Karakteristik Self-Esteem yang tinggi
Individu yang self esteem tinggi cenderung puas dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Misalnya adanya penghargaan dan penerimaan dari penerimaan yang positif ini memberikan rasa aman dalam menyesuaikan dirinya atau bereaksi terhadap lingkungan sosial. Individu yang self esteemnya tinggi maka ia lebih bahagia dibandingkan dengan self esteem yang rendah. Menurut coopersmith (2001) individu yang self esteem yang lebih tinggi maka akan lebih mandiri dan kreatif. Individu self esteem yang tinggi juga kurang menerima definisi sosial mengenai realita kecuali ia menyampaikan dengan pengamatan mereka sendiri, dimana lebih fleksibel, dan mampu menemukan solusi terhadap masalah.

b. Karakteristik Self yang rendah
Individu dengan self esteem rendah memiliki rasa kurang percaya diri terhadap dirinya sendiri dalam menilai kemampuan dan atribut-atribut dalam dirinya.Hal ini membuat individu tidak mampu mengekspresika diri dalam lingkungan sosialnya. Mereka kurang mampu melawan tekanan untuk menyesuaikan diri dan kurang mampu untuk merasakan stimulus yang mengancam.Individu ini merasa takut atau malu,membenci dirinya,kurang mampu menerima dirinya. Rosenberg (Reasoner,2010:3) menjelaskan bahwa individu dengan harga diri yang rendah seringkali mengalami depresi dan ketidakbahagiaam,memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, menunjukan implus-implus agresivitas yang lebih besar, mudah marah dan mendendam, serta selalu menderita karena tidakpuasan akan kehidupan sehari-hari

2.1.3 Definisi Bully-ing

Bullying adalah suatu perilaku agresif yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Suatu perilaku agresif dikategorikan sebagai bullying ketika perilaku tersebut telah menyentuh aspek psikologis korban. Jadi, bullying ialah suatu perilaku sadar yang dimaksudkan untuk menyakiti dan menciptakan teror bagi orang lain yang lebih lemah. Bullying disebut perilaku sadar karena perilaku ini dilakukan secara terorganisir dan memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan teror bagi korban.
Olweus(1994: 9)mendefinisikan bullying merupakan tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu.
Rigby (2002: 15) mendefinisikan bullying sebagai ”penekanan atau penindasan berulang-ulang, secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang kurang atau membuat orang tertekan”

Olweus (1993; dalam Anesty, 2009) memaparkan contoh tindakan negatif yang termasuk dalam bullying antara lain;

  1. Mengatakan hal yang tidak menyenangkan atau memanggil seseorang dengan julukan yang buruk;
  2. Mengabaikan atau mengucilkan seseorang dari suatu kelompok karena suatu tujuan;
  3. Memukul, menendang, menjegal atau menyakiti orang lain secara fisik;
  4. Mengatakan kebohongan atau rumor yang keliru mengenai seseorang atau membuat siswa lain tidak menyukai seseorang dan hal-hal semacamnya.
2.1.4 Jenis Bullying

Barbara Coloroso (2006:47-50) merangkum berbagai pendapat ahli dan membagi bullying ke dalam empat jenis, yaitu:

a.       Bullying secara verbal, 
Berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan (baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan lain sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b.      Bullying secara fisik, 
Yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, emiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling bermasalah dan cenderung beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut.
c.       Bullying secara relasional (pengabaian),
Digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying secara relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, saat terjadi perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya.

d.      Bullying elektronik,  
Merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.

2.2  Kerangka Berpikir
 

0 komentar:

Posting Komentar